TAWAZUN
TUJUAN :
· | Peserta memahami makna dan hakikat tawazun |
· | Peserta mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutu-hannya |
· | Peserta mengetahui contoh-contoh manusia yang tidak tawazun |
RINCIAN
BAHASAN
Tawazun artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar
kita hidup seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya
berada dalam sebuah keseimbangan. (QS.67:3)
Manusia dan agama Islam
kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah
tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai
dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa
manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memilki naluri beragama
(agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah
itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh
lingkungan (Hadits,"Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam)
orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.").
Sesuai dengan fitrah Allah,manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad
(jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi
tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan
neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS.55:7-9.
Ketiga potensi
ini membutuhkan makanannya masing-masing, yaitu sbb :
1. Jasmani
Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah swt,karena itu harus kita
jaga . Dalam sebuah hadits dikatakan ,"Mu'min yang kuat itu lebih baik atau
disukai Allah daripada mu'min yang lemah."(HR.Muslim), maka jasmani pun harus
dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu
makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat
(QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan
jasmani kuat.
2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah
akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk
lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari
kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang
oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya
sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72).
Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah
(QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa
tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati
dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang
merupakan ni'mat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya.
Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan /
ummatan wasathon (QS.2:143), yaitu umat yang seimbang.
Kebahagiaan
pada diri manusia itu dapat berupa:
· | Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28) |
· | Kebahagiaan dzahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan aktivitas lainnya. |
Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba
yang pandai mensyukuri ni'mat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut
manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
· | Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar). |
· | Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja. |
· | Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja. |
DISKUSI
1. | Banyak artis yang hidup dengan kemewahan, namun akhirnya dia mati bunuh diri akibat over dosis obat-obatan terlarang (NAZA). Menurut kamu, apa sebenarnya arti kebahagiaan itu? |
2. | Sejujurnya, apakah kamu selama ini sudah hidup seimbang? |
3. | Coba diskusikan dengan temanmu, usaha-usaha apa saja yang sudah dan akan kamu lakukan agar hidup kamu seimbang? |
REFERENSI
· | Al-Qadiry, Seimbanglah dalam Beragama,Jakarta:GIP |
0 komentar:
Posting Komentar